Sabtu, 14 April 2012

SOLUSI PENANGGULANGAN BENCANA KEBAKARAN HUTAN DAN TANAH LONGSOR


SOLUSI PENANGGULANGAN BENCANA KEBAKARAN HUTAN DAN TANAH LONGSOR

I.         PENDAHULUAN
       Akhir-akhir ini masalah lingkungan semakin sering terjadi di lingkungan kita. Banyak bencana-bencana yang terjadi terutama bencana yang disebabkan oleh alam. Bahkan sebagian dari bencana tersebut telah menjadi rutinitas. Bencana tersebut tidak hanya terjadi satu atau dua kali saja. Bencana tersebut terjadi pada waktu-waktu tertentu. Salah satu contohnya adalah bencana banjir. Di Negara kita ini, banjir telah menjadi rutinitas di beberapa wilayah tertentu. Daerah-daerah tersebut selalu menjadi sasaran banjir terutama saat musim penghujan tiba.
       Pada makalah ini, akan penulis bahas beberapa bencana yang sering terjadi di Indonesia. Bencana-bencana tersebut antara lain, yaitu bencana kebakaran hutan dan tanah longsor. Telah sering kita dengar di beberapa wilayah di Indonesia sering terjadi dencana kebakaran hutan. Salah satun contohya adalah yang terjadi di hutan-hutan wilayah Sumatera dan Kalimantan.
       Selain itu tidak kalah banyak juga peristiwa bencana tanah longsor seperti yang banyak terjadi di berbagai wilayah terutama di daerah bergeografis tinggi dan memiliki struktur tanah yang labil.
       Dari masalah-masalah bencana di atas, sudah seharusnya kita melakukan tindakan-tindakan realistis untuk menanggulangi masalah-masalah tersebut.
       Dari makalah ini sendiri, penulis akan menguraikan beberapa masalah bencana di Negara kita khususnya pada bencana kebakaran hutan dan tanah longsor.

II.      RUMUSAN MASALAH
A.       Hubungan Ekologi Hutan Dengan Bencana Alam Kebakaran Hutan dan Tanah Longsor.
B.       Sebab Akibat Dari Bencana Alam Kebakaran Hutan dan Tanah Longsor.
C.       Metodologi Penyelesaian Masalah Bencana Alam Kebakaran Hutan dan Tanah Longsor.

III.   PEMBAHASAN
A.       Hubungan Ekologi Hutan Dengan Bencana Alam Kebakaran Hutan dan Tanah Longsor.
Tentu telah kita ketahui banyak tentang bencana alam kebakaran hutan dan tanah longsor. Kedua bencana alam tersebut sering terjadi di Negara kita ini.
Kebakaran hutan merupakan bencana alam berupa terbakarnya hutan yang disebabkan oleh dua hal. Hal pertama yaitu disebabkan oleh ulah manusia. Manusia dengan sengaja membakar hutan untuk menjadikan hutan tersebut menjadi lahan pertanian masyarakat sekitar. Hal kedua yaitu disebabkan oleh gejala-gejala alam itu sendiri.
Timbulnya bencana alam seperti kebakaran hutan, banjir pada musim hujan, dan kekeringan pada musim kemarau, tanah longsor, gunung meletus, punahnya berbagai kehidupan dari muka bumi merupakan masalah yang berkaitan dengan keseimbangan ekologi.
Secara umum ekologi didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara organisme yang satu dengan organism yang lain serta lingkungannya.[1]
Hubungan timbal balik tersebut tentunya berlaku juga pada kehidupan manusia. Manusia membutuhkan hutan hutan untuk memenuhi banyak kebutuhan mereka. Sedangkan jika manusia membakar hutan tanpa mempedulikan efek sampingnya, maka bencana-bencana lain akan muncul sebagai efek samping tersebut. Salah satu contohnya adalah tanah longsor.
Dari penjelasan di atas, telah kita ketahui bahwa kondisi alam dan perlakuan makhluk terhadapnya dapat mempengaruhi kondisi alam dan kehidupan makhluk lain di sekitarnya. Dengan demikian benarlah jika ekologi merupakan hal penting yang mempengaruhi kondisi system ekologi itu sendiri.
B.       Sebab Akibat Dari Bencana Alam Kebakaran Hutan dan Tanah Longsor.
Seperti yang telah dijelaskan, bencana alam memiliki sebab-sebab dan akibat-akibat yang ditimbulkannya. Berikut ini adalah sebab akibat dari kebakaran hutan dan tanah longsor.
Untuk yang pertama ini adalah sebab akibat dari kebakaran hutan.
Penyebab kebakaran hutan, yaitu:
1.        Sambaran petir pada hutan yang kering karena musim kemarau yang panjang.
2.        Kecerobohan manusia antara lain membuang punting rokok sembarangan dan lupa mematikan api di perkemahan.
3.        Aktivitas vulkanis seperti terkena aliran lahar atau awan panas dari letusan gunung berapi.
4.        Tindakan yang disengaja seperti untuk membersihkan lahan pertanian atau membuka lahan pertanian baru.
5.        Kebakaran di bawah tanah/ground fire pada daerah tanah gambut yang dapat menyulut kebakaran di atas tanah pada saat musim kemarau.
Akibat/dampak dari kebakaran hutan, yaitu :
1.        Menyebabkan emisi gas karbondioksida ke atmosfer.
2.        Terbunuhnya satwa liar dan musnahnya tanaman baik karena kebakaran, terjebak asap, atau rusaknya habitat. Kebakaran juga dapat menyebabkan spesies endemic/khas di suatu daerah turut punah sebelum sempat dikenali.
3.        Menyebabkan banjir selama beberapa minggu disaat musim hujan dan kekeringan disaat musim kemarau.
4.        Kekeringan yang ditimbulkan dapat menyebabkan terhambatnya jalur pengangkutan lewat sungai dan menyebabkan kelaparan-kelaparan di daerah terpencil.
5.        Kekeringan juga akan mengurangi volume air waduk pada saat musim kemarau yang mengakibatkan terhentinya Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA).
6.        Musnahnya bahan baku industry perkayuan mebet/furniture. Lebih jauh lagi hal ini dapat mengakibatkan perusahaan perkayuan terpaksa ditutup karena kurangnya bahan baku dan puluhan pekerja menjadi pengangguran.
7.        Meningkatkan jumlah Penderita Penyakit Saluran Pernapasan (ISPA) dan kanker paru-paru. Hal ini bisa menyebabkan kematian bagi penderita berusia lanjut dan anak-anak. Polusi ini yang bisa menambah parah pada penderita penyakit TBC/asma.
8.        Mengurangi produksi oksigen yang merupakan gas yang penting bagi makhluk hidup dikarenakan berkurangnya jumlah hutan yang menjadi paru-paru dunia.[2]
Selanjutnya, berikut adalah sebab akibat dari tanah longsor. Penyebab dari tanah longsor, yaitu :
1.        Erosi yang disebabkan aliran air permukaan /air hujan, sungai-sungai atau gelombang laut yang menggerus kaki lereng-lereng bertanbah curam.
2.        Lereng dari bebatuan dan tanah diperlemah melalui saturasi yang diakibatkan hujan lebat.
3.        Gempa bumi menyebabkan getaran, tekanan pada partikel-partikel mineral dan bidang lemah pada massa batuan dan tanah yang mengakibatkan longsornya lereng-lereng tersebut.
4.        Gunung berapi menciptakan simpanan debu yang lengang, hujan lebat dan aliran-aliran debu-debu.
5.        Getaran dari mesin, lalu lintas, penggunaan bahan-bahan peledak dan bahkan petir.
6.        Berat bidang lereng yang terlalu berlebihan, misalnya dari berkumpulnya hujan atau salju.
Akibat/dampak dari tanah longsor yaitu:
1.        Berubahnya struktur geografis tanah.
2.        Kerusakan material pada penduduk/masyarakat yang mendiami daerah lereng-lereng yang memiliki potensial longsor.
3.        Rusaknya beberapa jenis spesies tumbuhan yang terkena dampak longsor.
4.        Korban jiwa dari penduduk masyarakar yang mendiami daerah lereng-lereng yang memiliki potensial longsor.[3]
C.       Metodologi Penyelesaian Masalah Bencana Alam Kebakaran Hutan dan Tanah Longsor.
Dari uraian-uraian sebelumnya kita telah mengetahui sedikit banyak tentang bencana kebakaran hutan dan tanah longsor serta hubungan antara kedua bencana tersebut.
Kita harus menyadari bahwa bencana-bencana tersebut tidak akan menemui  penyelesaian jika bukan kita sendiri yang memulai untuk mencari solusi-solusi penyelesaian masalah ini.
Ada banyak metodologi yang dapat kita terapkan sebagai solusi pemecahan masalah bencana alam terutama kedua bencana yang kita bahas disini yaitu bencana kebakaran hutan dan tanah longsor. Semua metodologi dapat muncul dari diri kita sendir jika kita mau sedikit membuka pikiran dan hati untuk menyadari pentingnya masalah ini. Jika  kita mampu melakukan hal-hal tersebut, tentu akan ada banyak alternatif-alternatif cara penanggulangan bencana yang dapat diterapkan dan tentunya akan semakin kecil kerugian mahkluk yang disebabkan oleh bencana-bencana tersebut.
Disini penulis akan memaparkan sedikit ide tentang pemecahan masalah bencana kebakaran hutan dan tanah longsor.
Seperti yang telah dijelaskan dalam pembahasan sebab akibat dari kedua bencana tersebut, ternyata kedua bencana tersebut yaitu kebakaran hutan ternyata memiliki beberpa hubungan dengan bencana tanah longsor. Adapun hubungan tersebut antara lain yaitu:
1.        Tanah longsor disebabkan oleh aliran air permukaan/air hujan. Jika hutan menmgalami kebakaran dan banyak spesies pohon yang mati, maka tidak ada yang menampung air hujan yang merupakan fungsi dari pohon-pohon tersebut. Dengan demikian air hujan akan dialirkan langsung menuju lereng-lereng. Hal tersebut tentu dapat menyebabkan longsor pada lereng-lereng terlebih lagi lereng-lereng yang memiliki struktur tanah yang lemah.
2.        Matinya pohon-pohon juga dapat menyebabkan tanah ;longsor secra langsung. Akar-akar pohon yang berfungsi menyangga dan memperkuat struktur tanah, dengan hilangnya pohon-pohon tersebut, maka tidak lagi yang menyangga dan memperkuat struktur tanah tersebut terutama di daerah lereng-lereng. Dengan demikian struktur tanah menjadi lemah dan mudah longsor.
Dari pernyatan-pernyataan di atas, kita ditunut untuk dapat menyelesaikan permasalahan-permasalahan tersebut serta memberikan manfaat/memberdayakan bencana tersebut menjadi sebuah lahan penghidupan. Berikut adalah beberpa ide dari penulis untuk menyelesaikan permasalahan bencana kebakaran hutan dan tanah longsor beserta solusinya.
1.        Kebakaran hutan yang disebabkan oleh alam tentu saja tidak dapat kita hindari karena hal tersebut merupakan gejala-gejala alami dari alam itu sendiri. Namun demikian kita masih dapat sidikit mengantisipasinya.
Kebakaran hutan alami ini biasanya terjadi disaat musim kemarau panjang terutama dipicu dari wilayah padang sabana. Disaat musim kemarau panjang, tumbuhan yang lebih cepat kekeringan adalah tanaman jenis rumput-rumputan yang tumbuh di padang sabana yang terletak di tepi-tepi hutan. Dengan banyaknya rumput-rumputan yang kering saat pada musin kemarau panjang, pemicu sedikit saja dapat menyebabkan terjadinya kebakaran di padang sabana dan kemudian kebakaran dapat menjalar ke hutan-hutan disekitarnya. Pemicu kebakaran ini salah satunya yaitu oleh pemfokusan cahaya matahari pada benda-benda di sekitar alam tersebut.
Dari peristiwa tersebut kita dapat membuat sebuah solusi yang dapat mengurangi intensitas kebakaran hutan. Kita dapat memanfaatkan rumput-rumputan kering yang ada disekitar wilayah tersebut. Ada dua alternative disini. Pertama, kita dapat mengamabil rumput-rumputan tersebut untuk digunakan sebagai makanan ternak masyarakat sekitar wilayah tersebut. Kedua, kita dapat memanfaatkan rumput-rumputan tersebut untuk dibuat menjadi pupuk kompos. Dengan mencampur bahan-bahan kimia dengan rumput-rumputan tersebut kita dapat menghasilkan pupuk kompos yang dapat digunakan untuk memupuk tanaman sendiri atau bisa juga untuk mendapatkan keuntungan dengan cara menjualnya.
2.        Tentang pembakaran hutan yang disengaja oleh masyarakat sekitar wilayah bencana, sebaiknya masyarakat sekitar tidak melakukan hal tersebut atau jika masyarakat wilayah hutan tetap melakukan hal tersebut, maka akan terjadi hal-hal yang tentunya tidak diinginkan oleh semua manusia.
Di sini kita dapat meneapkan beberapa cara untuk tidak membakar hutan dengan mengalihkannya pada kegiatan lain. Masyarakat sekitar hutan memanfaatkan hasil pembakaran hutan sebagai lahan pertanian baru. Namun hal tersebut justru akan menghasilkan bencana baru yang lebih besar.
Solusi dari massalah ini, pertama masyarakat tidak perlu membakar hutan sebagai lahan pertanian. Masyarakat sekitar dapat mengalihkan keguatan-kegiatan pertanian di lereng-lereng yang berada di tepi-tepi hutan. Seperti yang telah kita ketahui, yaitu pertanian di wilayah lereng-lereng dengan memanfaatkan system terasering atau sejenisnya. Masyarakat sekitar dapat melakukan cara yang sama dalam kegiatan pertanian. Jika kegiatan terasering lebih mengutamakan penanaman padi, masyarakat sekitar dapat menanam varietas tanaman lain selain padi.
Tidak sampai di sini saja, untuk mendapatkan hasil produksi tanaman yang lebih maksimal, masyarakat sekitar dapat menggunakan pupuk kompos yang sebelumnya telah dibuat dari bahan rumput-rumputan tadi. Dengan denikian, kita dapat menciptakan hubungan baik yang dapat saling member manfaat dari peristiwa bencana-bencana tersebut.
3.        Masalah selanjutnya adalah tentang aliran air permukaan yang disebabkan oleh air hujan. Pohon-pohon di hutan yang terus berkurang akibat pembakaran hutan menjadikan air hujan yang turun tidak ada yang menghadang. Akar-akar pohon yang berfungsi menampung air hujan tidak lagi mampu melakukannya akibat berkurangnya jumlah pohon. akibatnya air hujan yang mengalir secara berlebihan dari hutan menuju lereng-lereng dapat menyebabkan tanah longsor. Di sini kita dapat membuat sebuah solusi sederhana yang dapat digunakan untuk menanggulangi masalah aliran air permukaan. Kita dapat membuat parit-parit yang digunakan sebagai jalur-jalur air sehingga air dapat dialirkan secara terarah. Dengan demikian potensi longsor oleh air permukaan dapat dikurangi intensitasnya. Selain itu kita dapat meneruskan jalur-jalur air  tersebut menuju lahan-lahan terasering sehingga dapat kita manfaatkan untuk mengairi lahan-lahan terasering tersebut.

IV.   KESIMPULAN
Dari solusi-solusi pemecahan masalah bencana kebakaran hutan dan tanah longsor yang telah diuraikan penulis, ternyata didapatkan solusi-solusi yang saling berhubungan dari bencana-bencana tersebut. Hubungan-hubungan tersebut ternyata adalah hubungan yang saling memberi manfaat. Seperti solusi yang pertama dapat memberi manfaat pada solusi yang ke  dua. Solusi ke tiga juga dapat memberi manfaat pada solusi yang ke dua.
Namun demikian, penulis menyadari bahwa solusi-solusi tersebut masih jauh dari kesempurnaan dan masih benyak kelemahannya. Solusi-solusi tersebut juga masih banyak memerlukan perbaikan-perbaikan sehingga memberikan manfaat yang lebih optimal.

V.      PENUTUP
Demikianlah makalah yang dapat penulis susun. Semoga makalah ini dapat member mamfaat bagi para pembaca. Penulis juga menyadari dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan-kekurangan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharap kritik dan saran dari para pembaca sehingga makalah ini dapat lebih di sempurnakan lagi.












DAFTAR PUSTAKA
Indriyanto, 2006, Ekologi Hutan, Jakarta: Penerbit PT Bumi Aksara.
Soeriaatmadja, R. E., 1997, Ilmu Lingkungan, Bandung: Penerbit ITB.




[1] Indriyanto, Ekologi Hutan, Jakarta: Penerbit PT Bumi Aksara, 2006, hlm. 5

0 komentar:

Posting Komentar